Bekerja Untuk Indonesia

Selamat Datang di Blog saya, silahkan di share jika memang butuh di share. silahkan di koment jika butuh untuk di koment. :D semua bisa menjadi bermanfaat tergantung kita mau menjadikan itu bermanfaat atau tidak. Salam Sejahtera.

Konsolidasi PKS DKI Jakarta

15 tahun tumbuh begitu pesat, kami datang bukan untuk merusuh kami datang untuk membangun negeri tercinta. INDONESIA. Bersatu Kita Teguh menghadapi terpaan tahun ini. Tatajafa Junubuhum 'Anil madhoji'.

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)

15 tahun sudah KAMMI menjadi gerakan Mahasiswa yang terus melejit untuk mencapai visinya yaitu Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

INI LANGKAHKU

Monday, May 20, 2013

Pembentukan Karakter

   Kultwit #kenangan masa kecilku dalam mengenal dakwah dan sekarang menjalankan dakwah itu sendiri. semoga insyaAllah akan terus istiqomah. Amiin
   Lahir dengan lingkungan yang cukup menguntungkan bagiku. bersyukur diriku berada di lingkungan seperti ini sejak kecil dahulu. kedua orang tua yang begitu gigih dalam berdakwah menegakkan syariat islam di negeri ini. dan mengenalkanku sejak diriku masih kecil juga, yang semua ini membentuk karakter dalam diriku, berikut ini kultwitku :

-Dulu aku sering di ajak ke DPD Kendari sulawesi #kenangan 
-Dan juga di ajak ke DPW dan DPC di kendari sana oleh Abi dan Ummi #kenangan 
-Di ajak halaqoh disana sini. Di ajak kampanye. Di ajak riyadhoh bareng. #kenangan  
-Aku tumbuh bersama anak-anak kecil di sekitarku itu #kenangan 
-Aku selalu mengingat masa-masa ketika kecilku bersama para orangtua-orangtua yang sangat mencintai dakwah islam #kenangan 
-Ketika aku beranjak remaja kehidupanku terpisah dari abi dan ummi. #kenangan 
-Pada saat itu aku mulai terperosok keberbagai kemaksiatan duniawi yang membuatku merasa jijik tuk ingatnya #kenangan 
-Tapi abi dan ummi selalu menempatkanku pada sekolah berbasis dakwah islam ini #kenangan  
-Mulai saat itulah aku memasuki halaqoh-halaqoh tarbawiyah #kenangan 
-Pertama kali mengikuti aku begitu acuh dan merasa tak suka sama sekali dengan kegiatan halaqoh itu #kenangan 
-Dan mulai sedikit demi sedikit kemaksiatan terkurangi. #kenangan 
-Aku mulai berfikir seperti inikah kegiatan orangtuaku tiap sepekan sekali. Mengapa mereka betah? #kenangan 
-Setelah lama dan lulus jenjang sekolah berpindah sekolah lain berpindah pula kelompk dan anggota halaqohku #kenangan 
-Setelah menjalani selama 6 tahunan aku merasakan sesuatu yang besar dalam diriku #kenangan 
-Dan sering berpindah-pindah murobbi. Semakin ada sesuatu yang berbeda dalam diri dan pikiran #kenangan 
-Jika sepekan saja tidak ada halaqoh hati dan pikiranku terasa berat. Tanpa kudasari aku sudah begitu merasakan nikmat #kenangan 
-Di sini banyak ku pelajari dan pahami arti dari kehidupan,keislaman,kesetiakawanan,dan aspek lainnya #kenangan 
-Sekarang aku sudah tumbuh dewasa kemaksiatan yang dulu sudahlah kenangan kelam #kenangan 
-Sekarang aku bukanlah seorang lelaki biasa yang lemah tapi aku seorang ikhwan yang kuat dalam jalan dakwah islam ini #kenangan 
-Inilah lingkungan kehidupanku. Inilah jalan hidupku. Inilah yang aku perjuangkan. Bersama para aktivis2 dakwah islam lain #kenangan 
-Kami berjuang untuk penegakkan keadilan, menunjukkan kejayaan islam. Dengan CINTA KERJA HARMONI. #kenangan 
-Terimakasihku pada kedua orangtuaku yang selalu menempatkanku pada lingkungan dakwah islam #kenangan 
-Aku tumbuh bersama kawan-kawanku dilingkungan keluarga besar @PKSejahtera AllahuuAkbaaar #kenangan                   

Monday, May 6, 2013

KENANGAN MENEGANGKAN

 repost from my daddy :')

   Rasa ini sebenarnya sudah mulai  sejak 2 bulan lalu walaupun secara mendalam ku rasakan sebulan yang lalu.
   Saat itu, tanggal 11 Juli 2010 sampai dengan 18 Juli 2010 ketika saya ditugaskan  ke Bandung  dan berlanjut tugas ke Yogyakarta sejak tanggal 19 Juli 2010 sampai dengan 24 Juli 2010. Acara yang begitu padat dan dibalik semua itu ku coba menahan rasa gelisah meninggal kan istri dan keluarga di kota Bumi Nyiur Melambai. Seperti biasa mereka tak pernah tahu kegelisahan diriku. Saya selalu mencoba tuk menyembunyikan semuanya, termasuk kepada keluargaku di Jawa dan temen lainnya. Kegelisahan itu terjadi karena waktu menjelang kehadiran buah hatiku yang ke-8 (yang kata USG seorang wanita).
   Waktu sudah meminta saya segera menyelsaikan tugasku di Bandung dan langsung meluncur ke Solo sebelum saya ke Yogyakarta, tuk mencoba menyempatkan diri melihat ketiga buah hatiku yang berada di Kota Batik Solo.
   Hari sudah menunjukan Ahad, 18 Juli 2010, jam 14.00 WIB, saya pun harus segera meluncur ke Kota Gudeg Yogyakarta.  Hari senin tanggal 19 Juli 2010 adalah hari pertama kami memulai melakukan tugas di sana.  Jam di HP saya sudah menunjukkan pukul (seingat saya) sekitar  08.30 WIB yang bertepatan HP saya bergetar tanda ada panggilan masuk yang ternyata adalah adik Iparku dari Solo.  Assalaamu alaikum, sapaku lembut padanya. Wa alaikumussallam, balasnya dengan nada yang sedikit tergesa-gesa, dan bisa kurasakan gemetar dirinya dari nada suaranya di dalam HP ku.  Saya sedikit sudah bisa merasakan kalau ada sesuatu yang tidak beres.  Berlanjut, katanya, Mas,  Sa’ad (panggilan buah hatiku yang pertama) kecelakaan naik sepeda motor dan sekarang di Rumah Sakit YARSI Solo, dan rencana akan di operasi karena ada patah tulang tangan kiri.  Saya tidak bisa pulang karena acara baru saja mulai.  Wal hasil saya minta agar segera di bawa saja ke Rumah Sakit Islam Kustati Solo untuk dilakukan penanganan yang lebih intensif.  Saya pun langsung menghubungi semua sodara agar  kejadian ini tidak pernah sampai ke manado kecuali saya sendiri yang membawanya.  Karena saya takut terjadi hal yang tak kuinginkan terhadap istri saya, mengingat di Manado sendiri.
   Pada hari Rabu tanggal 21 Juli 2010, operasi sudah selesai dan berjalan lancar. Pada hari yang sama saya mendapat informasi kalau saya akan ditugaskan kembali ke Purwakarta di awal bulan Agustus 2010, dan kalau ini benar maka praktis saya di Manado hanya satu pekan saja.  Mengingat saya dalam kondisi yang resah karena istri saya sudah waktunya melahirkan (hal ini tidak ada yang mengetahui kecuali saya dan temen2 di Manado saja), maka saya pun mencoba untuk sampaikan dan beranikan berbicara kepada Kepala kantor mengenai hal ini, dan jika ada pejabat yang bisa menggantikan saya tugas ke Purwakarta maka saya siap untuk melakukan transfer konwlegde kepadanya. Kepala Kantor memutuskan tidak ada pejabat lain kecuali Pak Jun.  Saya katakan siap pak, saya akan lakukan tugas ini.  Sambil meneteskan air mata (untung saja waktu itu saya telpon aja).
   Tanggal 25 Juli 2010, malam tepat jam 20.30 WITA saya sampai rumah di Manado. Dengan membawa berita buruk dan sedikit beban di dalam hati ini.  Aku mencintai istriku, dan dia sedang menghadapi hari-hari yang berat. Dia sempat tanyakan bagaimana kabar anak-anak di Solo. Hati saya langsung terperanjat dan coba tuk kendalikan diri dengan sedikit menikmati secangkir Teh Panas yang tidak terlalu manis (sesuai kesukaannku) buatannya.  Baru kemudian kujawab pertanyaan itu,” Alhamdulillah baik-baik, sehat, mereka sehat semua.”  Tidak  menyangka istri tanyakan juga, gimana Sa’ad?.. Pertanyaan yang sangat membuat aku kaget, tapi masih mampu tuk “berbohong”, Alhamdulillah Sa’ad baik kok.  Saya tidak pernah ceritakan keadaan yang sesungguhnya sampai waktu yang Alloh telah tentukan.
   Awal agustus sudah mulai kami masuki dengan kondisi hati saya yang masih terasa resah dan gelisah.  Apalagi sejak saya pulang dari Yogyakarta, aku melihat di wajah istri saya yang agak pucat dan aku merasakan ada sesuatu yang selalu tak mau ungkapkan kalau hal itu sesuatu yang negative, karena aku takut kejadian negative kan terjadi, seperti peristiwa peristiwa yang telah berlalu sering kami alami bersama berawal dari pikiran pikiran negative saya.
   Tugas saya ke Purwakarta sudah mulai deket, tanggal sudah menunjukkan 29 Juli 2010, akhirnya saya pun bercerita setelah saya tidak mampu lagi “menolak” penugasan ini. Saya berpikir tidak ada lagi memang yang bisa menggantikan saya ke Purwakarta.  Walhasil, saya katakan kepadanya kalau saya pekan depan tugas kembali ke Purwakarta.  Sentak, dia kaget. Saya langsung bisa merasakan apa yang sedang dirasakannya, yaitu bagaimana kalau akan melahirkan karena perkiraan kemungkinan awal Agustus 2010, memang bisa juga lebih, katanya.  Mulai hari itulah jiwa ini semakin tambah gelisah, saya semakin bisa lihat rasa sakit yang dia rasakan.  Wajahnya yang terus berubah semakin pucat di akhir Juli 2010 kala itu.
   Di Purwakarta, acara selesai tanggal 6 Agustus 2010, saya sempet pergi ke rumah seorang temen lama di Cikarang, Bekasi setelah kami berjanji tuk ketemu.  Saya, dengan kondisi masih gelisah terus tetap mencoba menepati janji saya pada temen karena undangannya untuk main ke rumahnya di Cikarang. Rkuasa gelisah bisa saya sembunyikan di tengah-tengah kebahagiaan keluarga mereka. Kami sempat di ajak silaturahim di rumah seorang teman lama juga, dan sempat di minta mengisi salah satu acara pengajian beliau, dan berkunjung ke pesantren anaknya…sempat lupa sedikit tentang masalah di Manado.  HP ku berdering dan kulihat nama istriku muncul, saya pun kembali gelisah karena saya kira ada masalah di Manado. Mulai saat itu, yang ada dalam perasaan dan pikiran saya adalahkalau  istri saya sedang sakit, sedang sakit, dan sedang sakit semakin kuat.
   Ahad, 8 Agustus 2010, tepatnya pagi hari, saya sudah mulai siap-siap untuk berangkat ke bandara Soeta tetapi sebelumnya, saya bersama teman mengajak jalan pagi dan sekaligus senam nusantara di lapangan di deket rumahnya. Wah… saya sebenarnya suka tetapi karena ketidaksiapan saya, maka saya hanya bisa menyaksikan suasana indah di sana sambil sedikit foto-foto melalui HP di tangan. Ku bertemu dengan banyak temen dan sekalian berpamitan semoga saya bisa kembali untuk bertemu kembali. Ku kembali ke Manado bersama do’a mereka buat saya dan sodara-sodara di Manado.
   Ahad malam sampai di rumah, saya semakin merasakan kondisi istri yang terlihat semakin lemah, pucat dan seperti orang yang sudah lama sakit.  Saya lupa tepatnya tanggal berapa, saya membawanya ke dokter di waktu malam, wal hasil..dokter memberikan masukan agar istri di operasi … disitu dengan jantung yang semakin kencang berdebar …mengatakan…ah itu biasa dokter suka begitu… tapi ternyata dalam hati ini tidak bisa di bohongi, rasa gelisah dan resah semakin menggunung walau diri ini mencoba menenangkan diri sendiri. Dalam pikiran ini yang ada adalah istri saya sakit dan sakit, saya tidak sadar lagi kalau istri hamil akan melahirkan.  Itulah yang ku ingat. Sampai kemudian saya pun bercerita ke sodara kalau istri saya sakit dan akan dioperasi (padahal itu belum terjadi karena baru kontrol-kontrol ke dokter saja), mohon do’anya, itu yang saya sampaikan. Itulah suatu hal yang belum pernah ku alami sepanjang hidup saya berkeluarga ini.  Saya seperti sadar tetapi berada di dunia di bawah sadarku.
   Akhir agustus saya ditugaskan kembali ke luar kota, baru saja saya sampai di tempat tujuan istri telepon dan menceritakan kalao perutnya kram… Saya semakin tidak bisa apa apa lagi. Saya hanya bertanya mungkin kamu salah makan atau minum melalui pesan pendek dari HP saya.  Sedikit lega setelah dia menjawab, ya sepertinya saya salah minum, jadi perut saya kram.  Saya merasa sedikit tenang.
   Pagi hari di kota Tomohon, matahari hangat menyinari kota itu. Hati sedikit tenang, hari menunjukan hari Jum’at tanggal 27 Agustus 2010, jam 08.00 WITA(kurang lebih.  Tiba-tiba HP bergetar dan nama istri terlihat di screen HP, kuangkat dan kami berbicara sambil bercanda, selesai ngobrol dan kami tutup pembicaraan.  Saya duduk sebentar di kasur kamar hotel. Tiba-tiba HP bergetar kembali, kuangkat  dan tanpa salam istriku berkata,” mas cepat pulang, saya pendarahan berat, banyak sekali darah yang keluar, cepat pulang ya…!” Jawabku,” Ya, tapi jangan nunggu saya karena masih lama sampai manado, kamu hubungi dulu temen sebelah rumah untuk bisa mengantar.”  Saya pun akhirnya kembali manado lagsung ke rumah sakit yang memang sudah saya ketahui sebelumnya. Di sana, saya ketemu dokter dan setelah diperiksa, istri benar harus operasi, pikiran saya hanya terpikir di istri (tidak di anak yang di kandungnya). Saya hanya berpikir istri saya sakit dan sekarang harus operasi. Saya diminta ke PMI untuk mencari darah golongan O sebanyak 4 kantong. Alhamdulillah kami dapatkan darah itu, 1 kantong dari PMI, 3 kantong dari temen-temen pendonor, bahkan mereka yang mendonorkan darahnya harus membatalkan puasanya karena harus donor (terima kasih saodaraku Fahmi A. Rahim dkk, kalian sudah berusaha menyelamatkan istriku, semoga Alloh mencatat amalmu, amin).
   Tidak ada siapa-siapa di manado, saudara kandung, keluarga, tidak ada semuanya. Saya sendiri dengan anak-anak yang paling besar kelas 4 SD yang bisa membantuku untuk mengatur 3 orang adik-adiknya. Kutinggalkan mereka berempat sendiri di rumah. Seharian ku mencari darah dan setelah ku informasikan ke dokter, maka istri sudah akan siap tuk dioperasi, tinggal menunggu saya ke rumah sakit untuk tanda tangan administrasi sebelum operasi di laksanakan. HP bergetar terus dan menyuruh saya cepat sampai ke rumah sakit Permata Bunda karena tinggal nunggu saya. Ya alloh, Engkau maha menentukan, mobil yang kami tumpangi terjebak macet hampir  2 jam. HP terus bergetar. Hati yang gelisah kututupi dengan raut muka berkeringat karena panasnya jalan Boulevard Manado
   Alhamdulillah kurang lebih jam 13 saya sampai juga di Rumah Sakit dan langsung disodorkan kertas untuk saya tanda tangani, tanpa bisa membaca lagi apa isi kertas itu.
   Jam 13.20 (kalau tidak salah) saya dipanggil dokter  dah diserahkan kepadaku seorang bayi mungil, kata dokter, “ Akan di adzankan?  Jawab saya,” Ya.” Saya adzan di telinga kanannya, tapi pikiran masih terus menuju kepada istri saya, seperti saya tidak “pedulikan” si bayi ini. Sudah ada yang mikirin bayinya, dalam benak saya. Dok, laki atau perempuan, “tanyaku.  Perempuan, Jawab dokter.
   Sore harinya, saya denger, kalau keempat anak-anak saya diambil seorang temen untuk dibawa ke rumahnya karena mungkin melihat di rumah mereka tidak ada temen. Bagaimana makan sahur dan buka puasanya, karena anak saya yang kelas 4 SD (Isma’il Jundi Al-Hanif) sudah menjalankan ibadah puasa penuh satu hari.  Terima kasih Ibu Pungki dan Bapak, semoga apa yang Ibu dan Bapak lakukan dibalas oleh Alloh dengan ampunan dan Syurga-Nya. Amin.
   Kondisi kecelakaan Sa’ad pun belum saya ceritakan kepada istri. Saya pun masih terasa kalau istri bukan melahirkan tetapi sedang sakit. Informasi ke keluarga di Solo pun (Mertua, Ipar, kakak, Ibu,  dan anak-anak serta temen) masih tentang istri saya sakit dan operasi, sakit di perut, bukan melahirkan.  Tidak ada niat sedikitpun yang terbersit di dalam hati ini tuk ngapusi dan berbohong kepada kalian… tapi kalau diantara kalian menganggap saya sudah membohongi kalian, saya dengan hati yang dalam minta maaf… Itu salah saya bukan salah kalian yang menuduh saya seperti itu. Dan jika diantara kalian, karena ini, sulit lagi untuk mengembalikan kepercayaan kalian kepada saya, saya tidak lagi punya kemampuan kecuali cerita ini untuk menjelaskannya. Memang salah saya, mengapa saya harus melakukan itu. Saya manusia yang lemah, yang diberi perasaan yang halus, tapi dengan raga seperti orang yang selalu tegar. Mungkin saya tidak seperti menantu lainnya, sodara ipar lainnya, abi-abi yang lainnya, temen/ikhwah yang lainnya) inilah saya yang lemah dan tak mampu melakukan sesuatu yang selalu benar…selalu ada sisipan-sisipan kesalahan di dalamnya.
   Kalau diri ini berniat bohong, sudah saya tutup semua jalur informasi, baik dari diri ini, dan istri untuk tidak aktif di FB, telpon, dan apapun.  Sudahlah ini cerita yang sebenarnya terjadi. Dan jika ada kesalahan tulis maafkan saya. Tidak ada lagi penjelasan lain karena saya tidak punya cerita selainnya.

Al-faqir, yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Jun Suwarno