INI LANGKAHKU

Tuesday, April 3, 2012

EUPHORIA LEBARAN





Entah darimana mulanya, yang pasti hanya ada di negeri tercinta  Indonesia, lebaran selalu identik dengan ketupat, baju baru, sepatu baru, cat rumah baru, mobil baru, belanja, mudik, macet dimana-mana, bahkan seorang kawan pernah berkata ”pada mau kemana nih orang2, bikin macet aja...?”mungkin jawabannya persis sama seperti iklan salah satu rokok di TV.

Mulai pasar tradisional, super market, mall semuanya tidak luput dari berjubelnya orang-orang tujuan mereka semuanya sama berbelanja menyiapkan euphoria lebaran, semua orang menjadi sangat repot, tetapi kerepotan yang disengaja ini memang dinikmati oleh semua muslim di Indonesia, bahkan dulu di kampungku menjelang sepekan akan lebaran orang tua ku sibuk memasak masakan yang enak yang lantas dibagi-bagikan ke semua orang sekampung dan sanak keluarga. Lucunya acara membagi-bagikan masakan ini sering berbarengan waktunya, sehingga kadang-kadang masakan yang kita kirim ke si A lantas dikirimkan lagi ke si B, dari si B ke si C..dst, akhirnya makanan tersebut sampai lagi di si A.
Begitupun dengan kebiasaan membeli baju baru, biasanya penampilan baru di hari raya sangat erat terkait dengan mudik,adat yang selalu mengutamakan penampilan fisik saat bepergian termasuk didalamnya menggunakan busana dan perhiasan menganggap bahwa orang yang kurus, berbaju belel, serta tidak mengenakan perhiasan ,merupakan gambaran orang-orang yang tidak terurus, tapi sebaliknya jika tubuh kita ‘lintuh’ alias besar dan kuat, ditambah busana yang mentereng serta perhiasan emas yang berjejer di tangan sepanjang 10 cm, cincin yang melingkar di setiap ketiga jari, kalung yang berbelit-belit gemerlap, dan gelang kaki yang berbunyi saat digerakkan merupakan indikasi orang yang ‘senang’. Tampilan seperti ini dimaksudkan agar sanak familiy merasa senang melihat kita, agar mereka menganggap kalau kita termasuk orang yang tidak susah.
Ada keadaan yang sangat ironis terjadi di sekitar masyarakat kita, saat mereka harus berjubel-jubel di mall dan bermacet-macet di jalanan, dan  bercape-cape mencari barang-barang yang akan dibeli, dengan enteng
”wah haus ya...kita beli es yuk...kita kan sedang dalam perjalanan jadi boleh buka...” padahal membeli barang-barang itu buak dari bagian perintah Allah, mungkin malaikat akan bilang ”siapa suruh elo beli barang-barang...” Fenomena ini menggambarkan betapa mereka belum secara utuh memahami Islam, setiap ibadah dipahami sebagai bentuk kebiasaan yang diturunkan dari orang tua mereka. Setiap ramadhan tiba maka keluhan yang banyak keluar dari mulut mereka, wah resiko dapur jebol lagi nih...wah budget untuk lebaran bisa menguras tabungan nih...wah panas terik begini haus n lapar, shaum pula...dan segudang seluhan meluncur bak papan luncur di TK anakku Persis sama seperti yang yang disindir dalam hadits riwayat An Nasa’i dan Ibnu Majaah.
 ”berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan haus saja...
Kemenangan...
 Saat jelang detik-detik terakhir merupakan kemenangan bagi mereka yang benar-benar shaum, kemenangan sebagai juara dalam mengalahkan hawa nafsu, menang dalam berlomba-lomba mendapatkan keridhaanNya, menang telah menuntaskan semua tugas dan amanah sebagai mukmin di bulan ramadhan...., bukan kemenangan atas terpasungnya hawa nafsu dari cengkraman syetan....bukan kemenangan atas bolehnya kembali melakukan maksiat bada ramadhan dan ...bukan pula menang atas atas mengumbar nafsu makan dan syahwat sejadi-jadinya...bukan ....dan bukan....
            Kemenangan yang didapat seorang mukmin adalah kemenangan terbebas dari semua dosa, Allah telah memberikan kesucian atas jiwa-jiwa mukmin yang telah melakukan shaum di bulan ramadhan. Seperti kisah seekor ulat yang lama bertapa dalam kepompong dan setelah keluar maka ia berubah bentuk dari binatang yang menjijikan mendai seekor kupu-kupu yang indah memberikan manfaat bagi alam disekitarnya. Begitupun mukmin...saat selesai ramadhan ia harus berubah bentuk menjadi mukmin yang berprestasi, menjadi rahmatan lil alamin, mengubah sikap dan perilaku menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Untuk itulah marilah kita mulai dari sekarang untuk selalu merekonstruksi diri, mengubah diri menjadi lebih baik
Mental orang berpuasa akan seperti bayi:
tidak sombong, tidak serakah, dan tidak pernah mendendam.

Pertama: Sabda Nabi Muhammad, Wahai Umatku meski kamu berpuasa sebulan penuh, kamu tidak bisa masuk surga, kalau di hatimu masih ada penyakit sombong. Walau hanya sebesar biji Zarrah.

Kedua: Bayi tidak serakah atau tamak bahkan Rakus. Kebaikan tidak mungkin tegak di sebuah masyarakat dimana ketamakan dan keserakahan menjadi budaya.

Ketiga: bayi pun  tidak pernah pendendam,

 Manfaatkalah Ramadhan tahun ini karena tidak ada jaminan kita dapat bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Mari kita gunakan sisa waktu kita untuk meraih keridhoan Allah, dan semoga kita kembali kepada Allah dalam keadaan Khusnul khotimah.

Ya Allah, ridhoillah puasa dan semua ibadah seluruh hamba-hamba-Mu dimuka bumi ini selama bulan Ramadhan ini…
Ya Allah, rahmatilah dan ampunilah segala salah dan silap kami selama bulan suci-Mu….
Ya Allah, jadikanlah kami semua manusia yang baik, berahlak dan manusia-manusia yang Engkau ridhoi di 11 bulan kedepan…
Ya Allah, izinkanlah kami untuk berjumpa lagi dengan bulan suci-Mu ini ditahun depan…
Ya Allah, wafatkanlah kami semua kelak dalam keadaan yang Engkau ridhoi dan rahmati….
Amiiin Allahuma Amiiin.

0 comments:

Post a Comment